Ternyata Jalan Anyer Panarukan Dibuat Dengan Darah Bangsa Indonesia

Pada tanggal 29 April 1808, dalam perjalanan daratnya dari Buetenzorg atau Bogor ke Semarang dan Oosthoek atau Jawa Timur, Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels mendapatkan gagasan untuk memperlebar jalan dari Anyer hingga Panarukan sejauh 1000 km, yang kemudian dikenal dengan sebutan Jalan Raya Pos (Grote Postweg). Lebar jalan yang diinginkan adalah 7 meter.

Ruas pertama yang dilebarkan adalah Anyer-Batavia, kemudian diikuti ruas-ruas jalan lainnya seperti dari Bogor ke Karangsembung di daerah Cirebon dengan jarak sepanjang 250 km. Dalam membuat jalan itu, Daendels mengharuskan para sultan dan bupati agar mengerahkan ribuan pekerja rodi, tanpa imbalan sesenpun. Bagi pekerja yang mangkir, hukuman gantung di pohon menjadi imbalannya. Bagi pekerja yang taat, kematian tetap dekat. Selain serangan penyakit malaria juga karena pecutan dan kelelahan akibat membangun jalan di daerah sulit.

Salah satu daerah yang sukar ditempuh adalah Ciherang di Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Pekerja paksa harus membelah gunung dengan peralatan sederhana. Dengan medan seberat itu, jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang, atau hampir separuh dari total korban Jalan Raya Pos yang 12.000 orang.

Atas korban yang besar itu, Pangeran Kornel menjadi berang. Kegeraman itu lalu diabadikan dengan dibangunnya patung Cadas Pangeran, yang terletak di simpang Sumedang. Patung itu menggambarkan Pangeran Kornel yang menyalami Daendels dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang keris.

Sumber